Mengenai Saya

Foto saya
"" ARSENALOVER's "" cLLu menatap JL yg Benar

Sabtu, 06 November 2010

7 Ramalan Joyoboyo

Pertama, merajalelanya korupsi di tanah air, dalam berbagai bentuk, tingkatan jabatan dan kekuasaan. Ini menandakan bahwa harta kekayaan dalam rupa uang masih menjadi orientasi politik kekuasaan, baik itu dilakukan oleh elite politik maupun oleh masyarakat. Uang telah membutakan mata hati, bukan hanya pejabat politik tingkat elite tetapi juga telah sampai ke desa-desa.
Kedua, tidak adanya kepastian hukum. Upaya penegakan hukum masih terbentur pada kepentingan politik tertentu. Sehingga membawa akibat pada tidak terlaksanya keadilan, juga yang lebih serius adalah tidak ditegakkannya hak asasi manusia dalam hukum. Eksekusi mati, yang masih berlaku di negeri ini menjadi indikasi hilangnya penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Ketiga, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sosok pemimpimnya. Kecenderungan para pemimpin negara untuk mementingkan diri sendiri, mengejar kehendaknya sendiri dan tidak pro-rakyat memberi dampak pada keengganan rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam berpolitik.
Keempat, kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil. Terbukti baru-baru ini konversi minyak dan kenaikan tarif tol yang berorientasi kepada kepentingan ekonomi pejabat negara. Orientasi politik elite negeri yang hanya mementingkan segelintir orang terbaca jelas dalam kebijakan-kebijakan yang dileuarkan. Inilah ‘wahyu setan' seperti yang dikatakan Prabu Jayabaya.
Kelima, moralitas yang tercabik dan kesejahteraan sosial yang terbengkalai. Munculnya berbagai aksi kejahatan, pemerkosaan, penceraian, saling fitnah dan menfitnah, isu dan gosip murahan, sampai isu separatisme dan disintegrasi menjadi indikasi jelas akan hal tersebut.
Keenam, kemiskinan secara ekonomis. Kemelut ekonomi masih mendera kehidupan masyarakat banyak, sementara tuntutan negara terhadap masyarakat melambung tinggi di luar batas kemampuan, misalnya semakin besarnya jumlah pajak, mahalnya bahan-bahan pokok atau vital seperti sandang dan pangan. Hal ini semakin diperparah dengan situasi atau kondisi alam yang tidak memungkinkan, seperti kering yang berkepanjangan dan ketakutan akan bahaya alam yang terus mengintai setiap saat seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami.
Ketujuh, di hadapan situasi runyam di atas, masyarakat tampaknya merindukan seorang Sultan Herucakra, seorang Satrio Piningit. Dalam ramalan Jayabaya tokoh ini dilambangkan sebagaiTunjung Putih Semune Pudak Sinumpet. Maknanya kurang lebih adalah ‘seorang berhati suci, masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan'

Tidak ada komentar: